Bagaimana Rasanya Tinggal Di Enam Kota Sekaligus - Barbara Fiala adalah wanita yang sibuk. Sebagai pendiri Baobab Group, yang bergerak di bidang pemasaran dan komunikasi, ia melakukan perjalanan rata-rata selama delapan bulan per tahun.
Kliennya beragam, mulai dari instansi pemerintah hingga perusahaan swasta, yang membuatnya harus terbang ke negara-negara di seluruh Eropa.
Jadwal kerja membuatnya seperti hidup di enam kota sepanjang tahun. Dengan kantor pusat di New York, Fiala terbang dan tinggal selama beberapa waktu di London, Berlin, Budapest, Warsawa, dan kemudian Tel Aviv. Sumber : BBC.com
Bagaimana ia menjalani kehidupan antarkota dan antarbenua ini?
Ada beberapa rutinitas yang ia lakukan yang membuat gaya hidup ini tak membuatnya stres.
Misalnya, Fiala selalu berusaha tiba di kota tujuan sehari sebelum memulai kerja. Itu berarti ia punya cukup waktu untuk berolahraga (atau sekedar jalan pagi jika cuaca memungkinkan) dan minum teh dicampur lemon.
Baca Juga :
“Saya mencoba untuk bangun pagi di kota tempat saya akan bekerja,” kata Fiala.
Selain itu, ia juga selalu berusaha menginap di hotel yang sama, makan di restoran yang sama, bahkan di kursi yang sama. Rutinitas dan kesan familiar menjadi sangat penting bagi orang-orang yang sering bekerja di kota-kota lain seperti dirinya.
Tapi kadang ia juga membuat pengecualian.
Misalnya, jika berada di London ia lebih sering tinggal bersama saudara perempuannya di ibu kota Inggris ini.
Rutinitas lain yang ia lakukan di berbagai kota ini adalah mengikuti yoga dan membaca buku.
Berolahraga ringan
Jadwal Fiala dimulai dengan olahraga ringan pada pukul 06.00 disusul dengan menjawab email dan melakukan panggilan telepon ke karyawan yang di Praha, Warsawa, London, dan New York.
Makan siang biasanya tak terlalu berat.
Hanya beberapa suap saja karena ia lebih banyak berbicara dengan klien.
Bagi Fiala, membina hubungan baik dengan klien sangat penting dan setiap kali ada kesempatan bisa bertemu fisik, kesempatan tersebut ia manfaatkan secara maksimal.
Dengan jadwal kerja yang padat dan tinggal di satu kota selama beberapa waktu, ia tak bisa mengikuti prinsip travelling light, yang mengacu pada anjuran agar membawa bagasi seperlunya saja.
Fiala membawa dua koper, satu masuk bagasi dan satu lagi untuk dibawa ke kabin.
Kopernya tak diisi penuh, untuk mengakomodasi belanjaan atau pakaian ekstra (misalnya tiba-tiba harus membawa jaket tebal karena suhu udara anjlok).
Faktor cuaca sangat penting karena akan menentukan jenis pakaian yang akan dipakai.
Perbedaan budaya
Tantangan lain dengan hidup di beberapa kota dalam waktu yang relatif bersamaan adalah perbedaan budaya.
Untungnya, memahami dan menghormati budaya lain bukan sesuatu yang asing bagi Fiala.
“Saya lahir dan tumbuh di keluarga diplomat, yang membuat saya harus melakukan adaptasi budaya sejak kecil,” katanya.
Ia tidak terlalu memikirkan perbedaan budaya para kliennya yang berasal dari banyak negara, yang ia lakukan adalah mencoba menjadi ‘perseptif’ dan menyesuaikan dengan cara komunikasi klien.
Misalnya, ada klien yang lebih suka dengan model komunikasi informal, banyak melakukan brainstorming tapi ada klien yang lebih suka dengan pendekatan yang lebih formal dan terstruktur.
Biasanya klien di London dan Berlin lebih senang dengan pendekatan terstruktur ini sementara klien di Warsawa, Budapest, dan Tel Aviv lebih menginginkan model interaktif dan pendekatan informal.
Untuk ke depan, Fiala ingin lebih banyak menghabiskan waktu di New York dan berencana mengurangi perjalanan bisnis hingga 50%, antara lain dengan mendelegasikan tugas ke bawahan.
“Betapa pun asyiknya bisa berada di berbagai kota di dunia, tetap lebih enak berada di kota asal,” kata Fiala.
Best Regards,Bintang Jeremia Tobing